Kisah Heroik 2 Prajurit Terrakhir SILIWANGI


SENIN, 23 JANUARI 1950, Bandung baru saja memasuki pagi ketika hampir satu batalion (500-800 prajurit) tentara gabungan KNIL-KL bersenjata lengkap merangsek ke sudut2 strategis kota. Mereka yang menamakan diri sebagai APRA (Angkatan Perang Ratu Adil) ini langsung stelling (membentuk posisi tempur) dan menyergap beberapa TNI yang tengah bersiap-siap berangkat menuju markasnya masing-masing. Sambil melepaskan tembakan ke atas, mereka pun meneror penduduk sipil. Akibatnya banyak toko dan rumah yang baru buka langsung ditutup kembali. Bandung pun berubah laiknya kota hantu.

Di jalan perapatan Banceui yang terletak di pusat kota, seorang prajurit TNI yang tengah mengendarai jip wilys dihentikan, disuruh turun lalu kepalanya ditembak. Sekitar Jalan Braga, tepat di muka Apotheek Rathkam mereka pun menghabisi seorang perwira TNI dengan dua pengawalnya yang tengah mengendarai sedan. Perlawanan sempat dilakukan TNI di di Jalan Merdeka selama 15 menit. Karena kurang seimbangnya kekuatan dan persenjataan, 10 orang TNI akhirnya gugur bergelimpangan. Sementara di dekat Taman Sari, sekitar 3 prajurit TNI yang tertangkap diperintahkan untuk berdiri di atas jembatan dan langsung ditembak mati. Mayatnya hanyut di Sungai Cikapundung yang membelah kota Bandung.

Baca Juga:Menegangkan..!: Satu Lawan Satu Kopassus vs Gerilyawan PGRS Duel Maut Sampai Mati

Tidak cukup hanya menembaki TNI di jalanan, pasukan APRA pun bergerak menyerbu Kantor Kwartir Divisi Siliwangi Oude Hospitaalweg. Satu regu stafdekking TNI terdiri dari 15 orang dipimpin Letkol (Overste ) Sutoko dikepung tentara APRA yang jumlahnya lebih banyak. Tanpa mengenal rasa takut, unit kecil Pasukan Siliwangi itu menghadang laju gerak pasukan APRA yang sebagian besar diperkuat oleh KST (Kopassus-nya Belanda) tersebut. Ini mereka lakukan demi meloloskan para komandan mereka. Letkol Sutoko, Letkol Abimanyu dan seorang opsir lainnya memang dapat menyelamatkan diri. Setelah menewaskan unit kecil itu, APRA menduduki markas menjarah brandkas sebesar F150.000.

Perwira TNI lainnya yang gugur ialah Letkol Lembong dan ajudannya Leo Kailola. Mereka dihujani peluru ketika hendak masuk Markas Divisi Siliwangi yang ternyata sudah diduki oleh gerombolan APRA. Akibat operasi militer yang dipimpin oleh seorang inspektur polisi Belanda bernama Van Der Meulen itu, 79 orang menajdi korban keganasan gerombolan ini. Mereka terdiri dari 61 serdadu TNI dan 18 sipil.

Ini adalah foto ketika tiga serdadu APRA beretnis Maluku tengah menghabisi 2 prajurit TNI di sebuah sudut kota Bandung. Perhatikan seorang prajurit TNI yang sudah tak bernyawa di pinggir selokan dan satu rekannya yang dalam sikap tegang tengah menghadapi maut, dikepung oleh 3 prajurit bersenjata lengkap. Foto ini konon diambil langsung oleh Sersan Thomas Nussy, salah satu bagian prajurit APRA dan kelak menjadi Kepala Staf Angkatan Perang Republik Maluku Selatan dengan menyandang pangkat kolonel. Nussy jugalah yang membentuk dan sekaligus memimpin RST (Pasukan Khusus RMS), yang salah satu penembak jitunya berhasil menjatuhkan Letkol Slamet Rijadi di pelataran Benteng Victoria, Maluku beberapa tahun kemudian. (hendijo)


Sumber:http://arsipindonesia.com/

Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "Kisah Heroik 2 Prajurit Terrakhir SILIWANGI"

Posting Komentar